Makam Keramat Godog merupakan salah satu
tempat bersejarah di Kota Garut yang berada di Kampung Godog, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan. Kompleks makam ini mengandung nilai sejarah karena di tempat inilah Prabu Kian Santang disemayamkan bersama beberapa orang pengiringnya. Prabu Kian Santang sendiri merupakan putra dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran yang lahir pada sekitar abad ke-15.

Diketahui, Prabu Kian Santang memiliki dua orang saudara yaitu Walangsungsang atau Cakrabuana yang jadi pendiri Kerajaan Cirebon dan Rara Santang, ibu dari Sunan Gunung Djati. Sejak kecil, Prabu Siliwangi sudah membekalinya dengan ilmu bela diri hingga ia tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan sempat diangkat menjadi Senopati Pajajaran. Konon katanya saat dewasa Kian Santang pernah bertemu dengan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, sepupu sekaligus salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. 

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memeluk agama Islam dan menetap di Mekah, Arab Saudi untuk belajar Agama Islam. Setelah beberapa waktu belajar Islam di Mekah, Prabu Kian Santang kemudian kembali ke Pajajaran dan mulai mengajak keluarga kerajaan dan rakyatnya untuk memeluk agama Islam. Menurut sejarah awal mula Kian Santang menyebarkan agama Islam adalah di daerah Limbangan, Garut. Di daerah ini lah Kian Santang kemudian mengubah namanya menjadi Syekh Sunan Rohmat Suci.

Di sana ia juga berhasil mengIslamkan Raja Galuh Pakuwon yang bernama Sunan Pancer di Limbangan. Selain Syekh Sunan Rohmat Suci, Kian Santang juga dikenal sebagai Sunan Godog. Nama Godog sendiri berasal dari sebuah tanah yang bergoyang atau godeg. Konon katanya sepulang dari Mekah Kian Santang membawa sewadah tanah yang dibawanya selama melakukan perjalanan ke berbagai daerah untuk menyebarkan ajaran Islam.

Dalam perjalanannya tanah yang dibawanya tersebut berceceran dan tempat jatuhnya tanah itu diyakini menjadi tempat lahirnya para wali beberapa masa kemudian. Makam Prabu Kian Santang yang berada di komplek Makam Keramat Godog berada di dalam sebuah bangunan berbentuk persegi panjang bercungkup, atapnya menggunakan genteng, berdinding tembok serta mempunyai pintu dari kayu.

Di samping kanannya terdapat sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan gundukan tanah yang pernah dibawa Sunan Godog atau Prabu Kian Santang dari tanah suci Mekah. Adapun makam para pengiringnya berada di ruangan yang terpisah dengan makam Sunan Godog dan dua lainnya berada di ruang terbuka, yakni makam Syekh Dora dan makam Sembah Pager Jaya. Di komplek makam keramat Godog juga terdapat bangunan lain yang berfungsi sebagai tempat menginap para peziarah serta istirahat para pengunjung.


Komplek makam keramat Godog sendiri memiliki luas sekitar 20 hektar dan menjadi objek wisata ziarah yang paling banyak dikunjungi di Kabupaten Garut. Setiap tanggal 14 bulan Maulid di kawasan makam tersebut selalu diadakan upacara tradisional yang dinamakan “Ngalungsur” atau turun zimat. 
Upacara Ngalungsur digelar sebagai bentuk penghormatan dari masyarakat terhadap Sunan Godog atas jasanya dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah Garut. 

Bentuk penghormatan yang dilakukan adalah dengan cara memelihara dan merawat berbagai benda peninggalan Sunan Godog antara lain keris, Al-Quran, Cis, Skin, dan lain-lain. Pada saat upacara Ngalungsur, benda-benda pusaka yang tersimpan dalam sebuah peti tersebut dikeluarkan satu per satu kemudian dicuci dengan air bunga dan digosok dengan minyak wangi agar tidak berkarat oleh seorang juri kunci makam atau kuncen. Upacara tersebut biasanya dihadiri oleh aparat pemerintah setempat serta masyarakat yang berziarah.

Bagi yang ingin berkunjung ke makam keramat Godong aksesnya bisa melalui terminal Ciawitali, Garut kemudian naik angkutan kota satu kali jurusan karangpawitan. Dari jalan raya Karangpawitan yang berjarak kurang lebih 5 km, pengunjung bisa menggunakan ojeg untuk masuk ke dalam komplek makam keramat Godog dengan tarif sekitar Rp10.000. Kemudian dari area parkir ke area makam dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 20 menit dengan jarak sekitar 1 km.